Lonjakan angka infeksi dan mortalitas akibat pandemi Covid 19 makin meresahkan. Belum lagi masalah keterbatasan tenaga kesehatan. Pandemi Covid 19 serasa sulit untuk dikendalikan. Oleh karenanya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melalui Medical Students in COVID 19 (Medico 19) Research Group meluncurkan sebuah naskah kebijakan (policy brief).
Policy brief ini diberi berjudul "Dari Edukasi hingga Vaksinasi: Meningkatkan Kontribusi Mahasiswa Kedokteran dalam Penanggulangan Pandemi dan Bencana" pada, Kamis (15/7/2021). Medico 19 Research Group sendiri merupakan tim penelitian student initiated yang dibimbing oleh berbagai ahli di bidang pendidikan kedokteran. Serta berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai fakultas/program studi kedokteran di seluruh Indonesia.
Tim ini berada di bawah Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI dan Indonesia Medical Education and Research Institute Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (IMERI FKUI). Policy brief merupakan hasil penelitian tim Medico 19 Research Group tentang kesediaan dan kesiapan mahasiswa kedokteran menjadi relawan. Tentunya menjadi relawan untuk mengupayakan penanggulangan pandemi. Dasar pembuatan policy brief ini adalah hasil survei terhadap 4.780 mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia yang dilaksanakan oleh tim Medico 19.
Dari hasil penelitian tersebut, maka diperlukan pengoptimalan peran mahasiswa kedokteran dalam penanggulangan pandemi. Hal ini disampaikan oleh Editor in Chef Policy brief Medico 19, Nico Gamalliel, S.Ked. "Dalam penanggulangan bencana memerlukan suatu upaya sistematis, mengakar dan konsisten dari setiap pihak yang terlibat di dalamnya. Regulator, penyelenggara pendidikan hingga mahasiswa kedokteran itu sendiri," ungkapnya secara virtual, Kamis (15/7/2021).
Langka awal yang perlu dilakukan ada beberapa. Pertama perlu melibatkan mahasiswa kedokteran dalam usaha masif penggulangan pandemi. Baik edukasi hingga vaksinasi.
Kedua, Evaluasi pendidikan kedokteran Indonesia. Ketiga, perlunya penerapan integrasi mata ajar tanggap bencana dan kesehatan global dalam kurikulum pendidikan kedokteran. Keempat, melanjutkan dan meningkatkan inisiatif pengetahuan. Serta menaikkan kemampuan terkait penganggulangan pandemi dan bencana.
Untuk menyukseskan hal tersebut, kata Nico, maka diperlukan sokongan dari berbagai pihak. Dimulai dari pemerintah, institusi pendidikan kedokteran hingga organisasi mahasiswa. "Diharapkan ini menjadi awal penanganan pandemi Indonesia yang lebih baik. Agar dapat diterapkan dan bisa berguna bagi bangsa Indonesia," pungkasnya.